MERDEKA.COM. Politisi kawakan
Taufiq Kiemas meninggal dunia pada Sabtu (8/6) di Singapura. Jejak Taufik sebagai politisi sudah terekam jauh sejak dia duduk di bangku kuliah. Saat mahasiswa,
Taufiq Kiemas memilih untuk menjadi seorang aktivis.
Pilihan itu pula yang membuatnya bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pada 1962. Organisasi itu diketahui salah satu organisasi sayap milik Partai Nasional Indonesia (PNI).
Akibat pemikirannya yang dianggap terlalu Soekarnois, Taufiq beberapa kali merasakan dinginnya dinding penjara di era Orde Baru. Meski demikian, kondisi itu tidak lantas membuat Taufiq membuang ideologi yang telah merasuki pemikirannya hingga menjadi seorang politikus senior.
Di dalam penjara, Taufiq tidak berhenti diskusi soal politik. Pada berbagai kesempatan, dia selalu mengikuti diskusi-diskusi dengan sejumlah tahanan politik.
"Aku beruntung bisa belajar banyak dari tokoh-tokoh politik itu. Pengetahuan dan pengalaman politik mereka hebat-hebat," kata Taufiq dalam bukunya 'Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam' terbitan Q Communication tahun 2012.
Melihat aktivitas politiknya itu, Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin), Sutopo Juwono menawarkan Taufiq untuk menampung aspirasinya. Tanpa pikir panjang, tawaran itu langsung dia terima.
"Saat itu, aku berpikir harus belajar politik dari yang menang, bukan yang kalah," tandasnya.
Sejak itu, selama seminggu sekali, Taufiq menghadiri pertemuan yang dikoordinasikan Direktur Intelijen Dalam Negeri Bakin, Atwar Noerhadi. Sebelum menggelar pertemuan itu, Atwar sudah dititipi pesan untuk membina Taufiq.
"Jauh-jauh hari, saya sudah dipesanin Pak Sutopo agar anak ini (Taufiq) dibina karena terlalu Soekarnois," ungkap Atwar dalam buku yang dieditori Trimedya Panjaitan dan Imran Hasibuan itu.
Hingga saat ini, kiprah politik
Taufiq Kiemas diakui banyak kalangan. Ketua Umum PP Muhammadiyah menilai, Taufiq merupakan seorang politisi langka yang pernah ada di Indonesia.
Din mengatakan, pikiran politik yang ada di dalam diri Taufiq tidak seperti politisi lainnya. Menurutnya, suami dari Megawati Soekarnoputri itu adalah orang yang tidak mengenal lawan.
"(Taufiq) politisi langka, pergaulan persahabatan yang sangat tulus, di tengah politik sebagai politik. Politik diletakan pada kepentingan bersama," jelas Din saat menghadiri prosesi pemakaman
Taufiq Kiemas di TMP Kalibata, Jakarta, Minggu (9/6).