Friday, 28 February 2025

, , ,

Tantangan Sanitasi di Masa Bencana

 Apa yang terlintas di benak kalian ketika terjadi bencana alam?

Kondisi yang memprihatinkan, kesedihan, rasa nelangsa

Bencana alam yang terjadi tentunya memberikan dampak pada masyarakat dalam jumlah yang relatif besar. Seperti yang terjadi akibat bencana longsor, banjir, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dll. Pada masa itu tentu setiap individu memiliki kecenderungan untuk menyelamatkan diri masing-masing. Lain halnya dengan pemerintah yang memiliki tanggungjawab untuk menangani dampak dari bencana tersebut. Penanganan yang dilakukan mulai dari evakuasi masyarakat, penyiapan tenda darurat, dapur umum, sarana air bersih sanitasi, hingga trauma healing. Hal-hal tersebut memerlukan penanganan yang tepat dan melibatkan berbagai stakeholder agar tidak memberikan dampak turunannnya. 

Seperti yang terjadi dalam penyediaan sarana air bersih dan sanitasi,  penanganan sanitasi di masa tanggap bencana itu sangat penting dan sering kali menjadi salah satu faktor krusial dalam mencegah bencana susulan, terutama wabah penyakit. Kenapa begitu? Ini beberapa alasannya:

1. Mencegah Penyebaran Penyakit

Bencana sering kali merusak infrastruktur sanitasi (seperti saluran air bersih dan sistem pembuangan limbah). Jika sanitasi tidak ditangani dengan baik, penyakit seperti diare, kolera, dan infeksi kulit bisa menyebar dengan cepat.

Di tempat pengungsian, sanitasi yang buruk bisa memicu berbagai penyakit, terutama yang berkaitan dengan kebersihan air, makanan, dan lingkungan. Berikut beberapa penyakit yang sering muncul:

🌊 Penyakit yang Ditularkan Melalui Air

Diare — Disebabkan oleh bakteri (seperti E. coli), virus (rotavirus), atau parasit. Sering terjadi karena konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.

Kolera — Infeksi bakteri Vibrio cholerae yang menyebabkan diare parah dan dehidrasi cepat. Sering muncul saat sanitasi sangat buruk.

Hepatitis A dan E — Menular lewat makanan atau air yang terkontaminasi tinja. Gejalanya meliputi demam, mual, dan kulit menguning.

🚫 Penyakit Akibat Kebersihan Pribadi yang Rendah

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) — Kondisi pengungsian yang padat dan kurang ventilasi bisa memperparah penyebarannya.

Skabies (Kudis) — Infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau, menyebar lewat kontak langsung karena kebersihan pribadi yang minim.

Infeksi Jamur — Terjadi karena lingkungan yang lembap, pakaian basah, dan kurangnya fasilitas untuk membersihkan diri.

🦟 Penyakit yang Ditularkan Melalui Vektor

Demam Berdarah Dengue (DBD) — Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di genangan air akibat sanitasi buruk.

Malaria — Disebarkan oleh nyamuk Anopheles, sering muncul di daerah pengungsian yang dekat rawa atau memiliki drainase buruk.

🌿 Penyakit Lain Akibat Lingkungan yang Tercemar

Leptospirosis — Disebabkan oleh bakteri Leptospira dari air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan, biasanya tikus.

Keracunan makanan — Sering terjadi karena kurangnya kebersihan dalam penyimpanan dan pengolahan makanan.

Perbedaan Layanan Sanitasi yang Baik dan Buruk di Pengungsian

👉 Kenapa penyakit dapat cepat menyebar di pengungsian?

1. Kepadatan pengungsi mempermudah penularan penyakit.

2. Kurangnya air bersih membuat sulit menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan.

3. Sistem pembuangan limbah yang rusak menyebabkan air dan makanan terkontaminasi.

Untuk mencegahnya, penanganan sanitasi di pengungsian harus fokus pada:

✅ Penyediaan toilet darurat yang memadai
✅ Distribusi air bersih dan sabun
✅ Penyemprotan anti-vektor (nyamuk, tikus)
✅ Edukasi kebersihan bagi pengungsi
Sanitasi yang layak di pengungsian bukan hanya soal kebersihan, tapi soal menyelamatkan nyawa. Air bersih, toilet memadai, dan pengelolaan limbah adalah benteng pertama melawan wabah penyakit

2. Menjaga Ketersediaan Air Bersih

Air yang terkontaminasi bisa menjadi sumber utama penyakit. Oleh karena itu, penting memastikan ada fasilitas air bersih dan mekanisme pengolahan limbah yang memadai di pengungsian.

Ciri-ciri lokasi pengungsian dengan sanitasi buruk:

1. Toilet darurat yang rusak atau sangat terbatas jumlahnya
2. Sampah berserakan, tidak ada sistem pengelolaan limbah.
3. Genangan air yang jadi sarang nyamuk.
4. Sumber air bersih bercampur dengan air limbah.
5. Orang-orang kesulitan mencuci tangan atau menjaga kebersihan pribadi.

Ciri-ciri lokasi pengungsian dengan sanitasi baik:
1. Toilet portabel atau fasilitas sanitasi darurat yang memadai.
2. Area pengumpulan sampah dan pengelolaan limbah.
3. Tersedia tempat cuci tangan dengan sabun.
4. Akses air bersih yang terpisah dari sumber air limbah.
5. Jalur evakuasi dan area tinggal yang bersih dan teratur.


 

3. Melindungi Kelompok Rentan

Anak-anak, lansia, dan orang sakit lebih rentan terhadap dampak buruk sanitasi buruk. Fasilitas sanitasi yang layak membantu menjaga kesehatan mereka.

Penanganan kelompok rentan di pengungsian sangat penting karena mereka lebih mudah terdampak secara fisik, emosional, dan sosial. Kelompok rentan ini biasanya meliputi anak-anak, lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, dan orang dengan penyakit kronis. Penting dilakukan karena jika kelompok rentan tidak diprioritaskan, mereka bisa mengalami kerentanan berlapis—baik secara fisik (penyakit) maupun sosial (pelecehan atau pengabaian).

Beberapa langkah penting dalam penanganannya:

1️⃣ Identifikasi dan Pendataan

Segera setelah pengungsian, lakukan pendataan khusus untuk mengidentifikasi siapa saja kelompok rentan.

Gunakan tanda pengenal atau gelang khusus agar mudah dikenali petugas.

2️⃣ Fasilitas Khusus dan Aksesibilitas

Zona aman dan nyaman: Sediakan tenda khusus atau area yang lebih aman bagi lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas.

Rute aksesibilitas: Pastikan jalur evakuasi, toilet, dan fasilitas penting lainnya bisa diakses kursi roda atau alat bantu lainnya.

3️⃣ Pelayanan Kesehatan Prioritas

Layanan medis proaktif: Adakan pemeriksaan rutin bagi lansia, bayi, dan orang sakit.

Pos kesehatan darurat: Khusus untuk anak-anak dan ibu hamil, untuk memastikan asupan gizi dan kesehatan tetap terjaga.

Distribusi obat-obatan: Pastikan ketersediaan obat rutin untuk penderita penyakit kronis (seperti diabetes atau hipertensi).

4️⃣ Perlindungan Psikososial

Anak-anak: Sediakan ruang ramah anak untuk bermain dan belajar, agar mereka tidak trauma lebih dalam.

Dukungan psikologis: Adakan konseling bagi mereka yang kehilangan keluarga atau mengalami tekanan mental.

Kampanye anti-kekerasan: Pastikan ada mekanisme pengaduan untuk mencegah kekerasan berbasis gender (KBG).

5️⃣ Akses Makanan dan Gizi

Makanan khusus: Berikan makanan tambahan untuk bayi, anak-anak, dan ibu menyusui.

Kebutuhan khusus: Lansia dan penyandang disabilitas juga butuh makanan yang sesuai kebutuhan kesehatan mereka.

6️⃣ Pemberdayaan dan Partisipasi

Libatkan kelompok rentan dalam pengambilan keputusan, misalnya membentuk kelompok relawan pengungsi agar suara mereka tetap terdengar.

Anak-anak dan remaja bisa diajak berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau edukasi.


4. Menjaga Martabat dan Kesejahteraan Psikososial

Fasilitas sanitasi yang memadai (termasuk toilet terpisah untuk laki-laki dan perempuan) penting untuk melindungi martabat dan kenyamanan para pengungsi, terutama perempuan dan anak-anak.


5. Meminimalisir Risiko Jangka Panjang

Sanitasi yang buruk bisa memperburuk kondisi kesehatan masyarakat pasca-bencana, memperlambat proses pemulihan, dan meningkatkan beban pada tenaga medis.



Related Posts:

0 comments:

Post a Comment